Selasa, 18 Agustus 2009

GRUP MUSIK : TOKOH PENGEMBANG BAHASA INDONESIA

Pemuda merupakan generasi terdepan dalam membawa bangsa ini menuju arah kemajuan. Sejak zaman sebelum kemerdekaan hingga saat ini, nasib bangsa Indonesia terletak di pundak generasi mudanya. Begitu pula apabila kita melihat nasib bahasa Indonesia saat ini yang terancam oleh keberadaan bahasa asing, langkah para pemudalah yang paling ditunggu oleh bangsa ini, untuk selalu melestarikan sekaligus mengembangkan bahasa Indonesia (www.andriewongso.com). Sayangnya, pemuda pada era modern ini tampaknya lebih bangga menggunakan bahasa asing. Lihat saja kaum pemuda yang memilih kosakata bahasa asing pada setiap tuturannya, bahkan pada situasi formal (Sulistyaningtyas, 2008). Kesenjangan tersebut membuat bangsa ini seakan-akan bertanya kembali, apakah semua masyarakat bangsa ini, khususnya para pemuda, sudah tidak cinta lagi pada bahasa Indonesia?

Banyak yang lupa apabila ada bagian dari pemuda yang sering tidak diperhitungkan dalam pengembangan bahasa Indonesia, tatkala golongan pemuda lainnya lebih memilih bahasa asing daripada bahasa nasional mereka. Kelompok pemuda yang disepelekan perannya, semata-mata karena gaya hidup mereka yang tidak intelektual seperti gambaran umum pemuda ideal saat ini. Golongan pemuda ini telah berjasa melestarikan dan mengembangkan bahasa Indonesia lewat sebuah karya seni. Golongan pemuda ini adalah grup musik. Grup musik yang merupakan idola kaum pemuda sekaligus tokoh pengembang bahasa Indonesia masa kini. Terdapat beberapa alasan dan kerja sama yang dapat mengokohkan peran grup musik sebagai tokoh pengembang bahasa Indonesia.

Terdapat empat alasan mengapa grup musik layak menjadi tokoh pengembang bahasa Indonesia. Pertama, sebagian besar grup musik Indonesia menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam lirik-liriknya (contoh lirik lagu terlampir). Kedua, menurut Langgeng (2005), grup musik adalah idola sebagian besar pemuda saat ini, bahkan dibandingkan penyanyi solo sekalipun, sehingga grup musik diharapkan mampu menggugah pemuda untuk selalu mencintai bahasa Indonesia. Pemuda selalu memerlukan idola dalam setiap perjuangan mereka, apalagi dalam perjuangan mempertahankan eksistensi bahasa Indonesia. Ketiga, usaha grup musik dalam menggunakan seni berbahasa dalam liriknya menunjukkan sebuah gaya alternatif dalam pengungkapan karya sastra. Lirik-lirik lagu sebagian besar grup musik bersumber dari puisi. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra. Lirik lagu grup musik membuat bahasa Indonesia menjadi indah diucapkan layaknya seni sastra yang dikumandangkan. Alasan terakhir, grup musik telah berjasa mengembangkan bahasa Indonesia dengan menjual hasil karya mereka hingga ke mancanegara. Sebuah usaha pengembangan bahasa yang ampuh karena mereka mampu mengajak pemuda bangsa lain yang merupakan penggemar mereka untuk turut menggunakan bahasa Indonesia.

Gaya hidup yang jauh dari hiruk pikuk akademis membuat keberadaan grup musik belum diperhitungkan dalam pengembangan bahasa Indonesia. Akan tetapi, tindakan-tindakan nyata yang dilakukan grup musik dalam melestarikan dan mengembangkan bahasa Indonesia patut untuk dihargai oleh pemerintah terkait. Selain penghargaan, grup musik sebaiknya turut diikutsertakan dalam kerja sama-kerja sama yang digalang oleh berbagai instansi pemerintah. Kerja sama pertama adalah antara Departemen Pendidikan Nasional dan grup musik dalam pengajaran bahasa Indonesia. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa rata-rata nilai bahasa Indonesia di ujian nasional menempati posisi terendah. Kerja sama dengan grup musik akan membuat kaum muda bersemangat dalam mempelajari bahasa nasionalnya sendiri. Kerja sama kedua dengan grup musik dapat dilakukan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Usaha menunjukkan identitas diri lewat media dwibahasa memang menemui beragam kendala sehingga diperlukan solusi jitu untuk “memasarkan” bahasa Indonesia. Peran grup musik akan sangat signifikan sebab jauh sebelum pariwisata mengembangkan bahasa Indonesia ke luar negeri, grup musik telah mampu melaksanakannya. Usaha kerja sama yang ketiga adalah dengan Pusat Bahasa utamanya duta bahasa. Salah satu program duta bahasa adalah melakukan diskusi-diskusi perihal kebahasaan untuk menggugah pemuda agar mencintai bahasa Indonesia. Jika duta bahasa mengajak grup musik untuk ikut serta dalam program tersebut, tentu diskusi atau ceramah yang dilakukan duta bahasa dapat berlangsung lebih menarik. Sebagai contoh, grup musik dapat mengajak peserta membuat puisi, mengubahnya menjadi karya musik, dan selanjutnya menyanyikannya bersama-sama. Keempat, kerja sama dengan grup musik dapat dilakukan oleh masing-masing pemerintah daerah. Selain bahasa Indonesia, eksistensi bahasa daerah tetap harus dipelihara walaupun dihadang arus globalisasi. Pemerintah daerah dapat menggunakan media grup musik untuk menyelaraskan peran bahasa daerah, bahasa Indonesia, dan bahasa asing. Kerja sama yang terakhir adalah dengan pemerintah seluruh Asia Tenggara dalam asosiasi ASEAN yang kelima negara di dalamnya menggunakan rumpun bahasa Indonesia. ASEAN dapat menggunakan grup musik untuk membuat bahasa Indonesia menjadi salah satu bahasa internasional. Demikian kelima kerja sama berbagai instansi pemerintah dengan grup musik dalam rangka pengembangan bahasa Indonesia. Tentu saja dalam kerja sama tersebut, pemerintah dapat memprioritaskan pada grup musik telah konsisten berbahasa Indonesia dalam karyanya serta mampu memasarkannya ke mancanegara.

Tentu tidak semua grup musik Indonesia konsisten menunjukkan bahasa Indonesia dalam karya musiknya. Terdapat tiga alasan grup musik masih menggunakan bahasa asing dalam karya mereka. Ketiga faktor tersebut adalah untuk menjaring pasar asing, tidak menemukan padanan kata dalam bahasa Indonesia, dan karena terinspirasi dari grup musik asing. Mengenai masalah seperti ini, sebaiknya grup musik yang selama ini konsisten menggunakan bahasa Indonesia dapat memberikan inspirasi pada sebagian grup musik tadi, salah satunya dengan melakukan konser bersama. Langkah selanjutnya adalah melakukan keseimbangan penggunaan bahasa dalam lirik-lirik lagu pada satu album. Langkah terakhir adalah dengan mengoptimalkan peran lembaga editor karya seni. Editor ini dapat menyeleksi karya-karya seni mana saja yang patut untuk dilepas ke publik sesuai dengan proporsi penggunaan bahasa Indonesianya. Penggunaan bahasa Indonesia dalam satu album musik harus diberikan porsi lebih daripada bahasa lainnya. Terlepas dari adanya masalah dalam penggunaan bahasa hasil karya beberapa grup musik, kita tetap harus menghargai mereka karena mereka tetap berusaha menampilkan bahasa Indonesia dalam karyanya meski tidak secara keseluruhan.

Sudah saatnya bangsa ini menghargai sesosok pengembang bahasa Indonesia. Mereka adalah grup musik Indonesia yang mampu mengajak pemuda bangsanya dan bangsa lain untuk menggunakan bahasa Indonesia lewat sisi yang berbeda. Mari kita bersama-sama meniru dan mengikuti jasa grup-grup musik tadi. Mari kita bersama-bersama menunjukkan identitas kita sebagai bangsa Indonesia. Ayo gunakan bahasa Indonesia!

DAFTAR PUSTAKA

Langgeng, W. 2005. Komponis di Tengah Musik Industri. Harian Suara Merdeka edisi 13 Desember 2005.

Sulistyaningtyas, Tri. 2008. Pemantapan Ketahanan Nasional NKRI melalui Pendekatan Kebahasaan. Jurnal Sosioteknologi Edisi 13 Tahun 7, April 2008.

Wongso, Andrie. 2008. Saatnya Bangkit. Dalam situs www.andriewongso.com.

Tidak ada komentar: