Jumat, 16 Oktober 2009

PARIWISATA SUNGAI UNTUK DENPASAR YANG BERBUDAYA




Bali baru saja menjadi tuan rumah konferensi tingkat dunia anti global warming. Bali mendobrak dunia untuk menyelamatkan lingkungan dan bumi secara global untuk kehidupan umat manusia. Pada saat bersejarah tersebut seakan-akan membuat khalayak internasional tercengang. Bagaimana tidak ? Bali yang terkenal dengan surga wisata ternyata mampu menjamu tamu-tamu asingnya sehingga mereka mampu menghasilkan sebuah keputusan bahwa dunia perlu mengantisipasi global warming. Bali juga mampu melanjutkan perjuangan masyarakat peduli lingkungan yang sebelumnya telah dituangkan di Protokol Kyoto. Selain itu, menjadi tuan rumah konferensi anti pemanasan global tingkat internasional membawa persepsi rakyat dunia bahwa Bali adalah pulau yang sangat peduli dengan lingkungan hidupnya sendiri.

Apakah persepsi tersebut benar adanya? Sayangnya, Bali yang menjadi tuan rumah justru tidak mengindahkan lingkungan hidupnya sendiri. Yang paling utama justru terjadi di ibukotanya sendiri yaitu Denpasar. Seiring dengan perkembangan pariwisata, Bali pada umumnya dan Denpasar pada khususnya didatangi oleh banyak orang dari penjuru dunia. Menjadi kota yang padat ternyata tidak selalu menguntungkan Denpasar. Efek terburuk yang diterimanya adalah rusaknya lingkungan hidup kota ini. Bencana yang paling sering ditemui di Kota Denpasar adalah banjir. Penyebab utamanya tentunya karena saluran air khususnya sungai yang tidak tertata dengan baik. Maka tidak salah kiranya kita menyimpulkan bahwa matinya nyawa lingkungan hidup di Denpasar terletak pada rusaknya ekosistem perairan darat atau sungainya. Jadi, apakah persepsi tersebut cocok menggambarkan karakter budaya lingkungan hidup rakyat Bali ?

Mau tidak mau, suka tidak suka, Bali harus berperan serta dalam pelestarian lingkungan hidup minimal dengan memelihara lingkungan lokalnya sendiri. Sebenarnya, terdapat sebuah jenis wisata yang dapat merealisasikan hal tersebut. Sebuah jenis wisata yang juga telah menginspirasi Inggris dan Australia, merubah kedua negara ini sehingga mereka memiliki sebuah aset berharga dalam kedua kota besar mereka, London dan Sydney. Sebuah jenis wisata yang belum terpikirkan oleh Bali. Sebuah wisata yang mengandalkan perairan darat. Sebuah wisata yang dapat menjaga kelestarian lingkungan hidup di daerah perkotaan sekalipun. Sebuah wisata yang mampu menjaga kelangsungan konsumsi air bersih bagi warganya. Sebuah wisata yang mampu memperkenalkan Denpasar sebagai kota berwawasan budaya. Wisata perairan yang bernama pariwisata sungai yang cocok diterapkan di Bali khususnya di Denpasar sebagai ibukota. Lalu apakah saja keuntungan yang bisa diperoleh oleh Denpasar, dan jenis wisata sungai seperti apa yang cocok untuk Denpasar, serta langkah-langkah apa saja yang harus dilaksanakan Denpasar untuk melaksanakan pariwisata di daerah perairan darat itu sendiri ? Artikel ini membahas sebuah ide inovatif dan kreatif yang belum pernah terpikirkan sebelumnya tentang sebuah wisata idaman di perairan darat.

Kita tentu kembali bertanya-tanya apakah jenis wisata sungai yang cocok dikembangkan di perairan darat di Denpasar? Ketika ide ini coba ditanyakan penulis kepada beberapa responden, banyak di antara mereka yang pesimis dengan wisata sungai. Akan tetapi, rasa optimis terasa muncul tatkala kita tahu bahwa Bali baru saja dengan sukses menjadi tuan rumah Asian Beach Games yang satu di antaranya menggunakan venue Sungai Suwung di Denpasar. Olahraga dayung yang dilaksanakan di sana setidaknya mampu menunjukkan Bali kepada dunianya bahwa potensi wisata sungai di Bali masih terbuka layaknya jenis wisata bahari lainnya. Oleh karena itu, penulis mengajukan usul agar wisata sungai yang pertama kali diperkenalkan di Bali adalah wisata olahraga sungai. Jenis olahraga wisata sungai yang mampu dikembangkan antara lain olahraga perahu naga dan olahraga kano. Jenis wisata sungai selanjutnya yang sangat prospektif dikembangkan di Bali adalah pembangunan kompleks restoran dan penginapan di sekitar areal sungai. Wisata perairan seperti kapal-kapal pesiar di sungai juga menarik namun untuk hal ini tampaknya memerlukan modal dan waktu ekstra dibandingkan yang lainnya. Kelima sungai terbesar di Denpasar yaitu Tukad Ayung, Tukad Ngenjung, Tukad Pungawa, Tukad Badung termasuk Loloan, dan Tukad Suwung dapat dijadikan ujung tombak masa percobaan pariwisata sungai.

Berangkat dari keuntungan yang diperoleh dari wisata sungai di negara-negara lain di dunia, maka kiranya keuntungan serupa akan diperoleh Bali, utamanya Denpasar. Berikut akan dipaparkan keuntungan dari segala aspek yang akan diperoleh dalam menerapkan pariwisata sungai.

1. Lingkungan hidup

Seringnya Bali, khususnya Denpasar mendapat musibah banjir sepertinya akan segera ditanggulangi apabila pemerintah Bali serius menjalankan wisata sungai atau perairan darat. Wisata sungai akan selalu menuntut pihak masyarakat dan pemerintah untuk selalu menjaga kelestarian sungai mereka. Jika sungai menjadi objek wisata, maka sungai akan selalu terjaga kebersihannya. Komunitas perairan darat seperti ikan tawar dan udang-udangan akan dengan mudah ditemui. Namun tentu saja hal tersebut bukanlah menjadi hal yang mudah dilakukan. Lihat saja apa yang terjadi pada wisata pantai yang menjadi primadona Bali. Hal yang patut dicontoh adalah seperti apa yang terjadi di sungai Thames di Inggris dan sungai di kota Sydney. Sebelum dijadikan wisata perairan darat, kedua sungai tersebut sangat kumuh persis seperti apa yang terjadi di perairan darat di Denpasar Bali. Akan tetapi coba tengok nasib kedua sungai tersohor tersebut. Selain menjadi lokasi wisata, tempat berlabuhnya kapal-kapal mewah, kedua sungai tersebut ternyata juga menjadi habitat satwa perairan darat sekaligus memberikan pesona bagi manusia yang sedang melepas lelah. Akankah nasib tukad Badung sebaik sungai Thames ?

2. Pengenalan budaya sekitar sungai

Sungai di kota Denpasar terletak atau melalui berbagai jenis daerah yang menyimpan budaya khas Bali. Salah satunya adalah melewati pasar Kumbasari yang merupakan pasar seni terbesar di Bali. Jika berkaca pada wisata sungai di Sydney Australia, maka gedung pusat kebudayaan kita dapat dibangun di sekitar jalur sungai. Setidaknya budaya di Denpasar menjadi lebih mudah diperkenalkan lewat wisata sungai ini, layaknya yang terjadi di Gedung Kebudayaan di areal sungai Sydeny. Jadi, wisatawan tidak perlu susah-susah melewati padatnya lalu lintas hanya untuk melihat budaya masyarakat Bali.

3. Pelopor budaya disiplin

Terdapat fakta yang unik pada sungai Thames di Inggris ketika wisata sungai ini mulai dibuka. Masyarakat di sana yang sebelumnya tidak hirau dengan masalah kebersihan diajak untuk memelihara kebersihan di sungai Thames. Bagaimana tidak ? Jika mereka tidak disiplin merawat sungai Thames, tidak membuang sampah di sana, dan tidak secara rutin membersihkan bagian hulu dan hilirnya, mungkin wisata sungai Thames hanya akan berjalan sesaat. Akankah hal tersebut juga akan berlaku untuk masyarakat di Denpasar yang kita tahu memiliki rasa disiplin yang harus ditingkatkan ? Mari kita lihat jika wisata sungai ini sudah terealisasikan di Denpasar.

4. Sarana transportasi

Kemacetan di Denpasar saat ini sudah mencapai pada titik terpadat sepanjang sejarah. Wisata perairan darat sebenarnya dapat mengatasi hal ini sebab dengan adanya wisata sungai, maka sungai juga dapat berfungsi sebagai sarana transportasi. Coba kita tengok pada negara Italia yang memiliki kota Venesia. Selain wisata sungai, sungai di Venesia juga digunakan sebagai sarana transportasi. Walaupun menyaingi Venesia merupakan hal yang sulit dilakukan oleh Denpasar, namun menjadikan transportasi sungai menjadi transportasi alternatif sekaligus transportasi ramah lingkungan mirip seperti apa yang terjadi di Venesia, Italia adalah sesuatu yang tidak mustahil.

5. Devisa

Wisata sungai akan menambah wisata-wisata lain yang sebelumnya sudah dikembangkan dengan sukses di Bali. Setiap jenis wisata yang dikembangkan di Bali selalu menambah pundi-pundi devisa bagi Indonesia. Memang untuk mengusahakan jenis wisata yang baru diperlukan banyak modal baik sumber daya alam, uang, maupun sumber daya manusia. Akan tetapi, jika semuanya dilakukan secara serius dan berkesinambungan, niscaya wisata sungai di Bali akan membawa keuntungan devisa yang melimpah bagi di negeri ini. Bahkan bukan tidak mungkin jika wisata sungai ini dijadikan inspirasi bagi daerah lain, maka sektor pariwisata akan semakin memantapkan dirinya menjadi penyumbang utama devisa negara.

Melihat keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh Denpasar pada khususnya dan Bali pada umumnya, membuat kita tertarik untuk segera mencari jalan dan langkah-langkah merealisasikan wisata sungai di Denpasar.

1. Membuat aturan lingkungan hidup

Tatkala sebuah perubahan dibentuk, hal yang paling ampuh untuk mengantisipasinya adalah aturan. Jadi, pada saat pemerintah Bali memulai usahanya wisata sungainya, maka yang paling utama dibuat sebelumnya adalah aturan lingkungan hidup bagi masyarakat di Bali khususnya Denpasar. Pada saat sungai-sungai di Denpasar mulai dibersihkan dan direklamasi, maka masyarakat Bali wajib menjaga agar wisata sungai tetap dalam keadaan bersih dan siap untuk dijual. Ketika sungai Thames di Inggris mulai dibersihkan dan dimanfaatkan sebagai wisata sungai, masyarakat London dengan proaktif menjaga kelestarian sungai Thames. Apakah hal tersebut juga akan terjadi di Denpasar nantinya ? Sanksi adalah hal yang ampuh untuk menemani peraturan ini. Sanksi ini pun harus dilakukan secara tegas dan mengikat.

2. Pembersihan total pada perairan darat seluruh Bali

Sungai di Denpasar menurut segala sumber penelitian memang dalam kategori yang mengkhawatirkan. Selain telah dicemari oleh limbah-limbah berbahaya, malah makin diperparah dengan pemukiman kumuh di areal bantarannya. Persoalan sungai di Bali semakin kompleks tatkala ditemukan juga di daerah hulu dan juga hilir. Untuk itu merealisasikan wisata sungai, pembersihan besar-besaran di areal sungai yang ada di Denpasar. Pembersihan yang akan dilaksanakan layaknya bisa mencontoh seperti apa yang dilakukan di sungai Thames di Inggris. Pembersihan dilakukan dengan swadaya masyarakat dibantu peralatan modern. Mengenai kelangsungan kelestarian sungai, peraturan dan sanksi harus menjadi tameng untuk segalanya.

3. Menyiapkan infrastruktur seperti transportasi dan areal taman

Setiap sebuah areal wisata dibangun, infrastruktur pendukung pun harus selalu dibangun di sekitarnya. Infrastruktur tersebut biasanya dipelopori oleh pemerintah dan diikuti pihak swasta. Makin baik lagi kalau pembangunan infrastruktur mengikuti daerah wisata sungai terkenal di negara lain. Infrastruktur yang biasa dibangun di sekitar areal wisata sungai biasanya taman-taman bermain, pelabuhan kapal untuk bersandar, dan arena-arena pemancingan. Karena mau tidak mau, infrastruktur seperti ini bisa berfungsi sebagai pemanis suasana wisata sungai.

4. Membangun pusat-pusat budaya di sekitar sungai

Konsep pusat kebudayaan di sekitar areal sungai layaknya di Sydney Australia sangat mungkin dilakukan di Denpasar. Sungai di Denpasar melalui pusat kebudayaan yang khas bernuansa Bali. Seperti contohnya, sungai paling terkenal di Denpasar, Tukad Badung melalui pusat budaya seperti Pasar Seni Kumbasari, Puri Badung, dan Pasar Badung. Selain dilengkapi dengan areal permanen, sungai-sungai besar di Bali juga melewati perdesaan yang masih khas adat Balinya. Kalaupun untuk sungai-sungai yang tidak melalui pusat-pusat kebudayaan, sepertinya dapat dibangun pusat kebudayaan khas Bali seperti museum dan galeri lukisan. Yang jelas, membangun pusat kebudayaan di areal sekitar sungai bukanlah merupakan sebuah masalah berarti bagi masyarakat Bali yang sangat kaya dengan khasanah seninya.

5. Menjalankan wisata sungai dengan budaya tertib

Salah satu masalah utama setiap jenis pariwisata yang dilakukan di Bali adalah kedisiplinan untuk tertib dari para warganya. Kita harus mengakui bahwa budaya disiplin masyarakat Bali masih kurang. Tengok saja pantai-pantai di Bali yang penuh dengan sampah. Begitu pula dengan objek wisata lainnya. Maka dari itulah, ketika wisata sungai dibuat, maka sudah sepatutnya ketertiban warga harus dijaga. Tidak ada lagi masyarakat yang membuah sampah ke areal sungai. Seluruh bentuk ketertiban ini haruslah dimulai dari kesadaran masyarakat itu sendiri.

Seluruh uraian di atas berujung pada sebuah kalimat optimistis bahwa pariwisata sungai sudah saatnya direalisasikan di Denpasar. Sebagai ibukota Bali yang terkenal dengan pariwisata budayanya, pariwisata sungai juga dapat berperan sebagai sarana mempertegas Denpasar sebagai kota berwawasan budaya. Optimisme tersebut juga didukung oleh keuntungan yang diperoleh Denpasar jika menjadikan wisata sungai sebagai sarana memperkenalkan budayanya. Selain keuntungan secara lingkungan hidup (mengingat Denpasar adalah sebuah kota besar), keuntungan lainnya adalah dapat dengan mudah memperkenalkan budaya di daerah aliran sungai, dapat mempelopori disiplin masyarakat perkotaan, menjadi sarana transportasi, dan yang terakhir tentu menambah pundi-pundi devisa kota ini. Jenis wisata sungai yang mungkin dapat mengawalinya adalah wisata olahraga di sungai seperti perahu dayung dan kano. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk merealisasikan pariwisata sungai antara lain : membuat aturan lingkungan hidup, pembersihan total pada perairan darat, menyiapkan infrastruktur seperti transportasi dan areal taman, membangun pusat-pusat budaya di sekitar sungai, dan menjalankan wisata sungai dengan tertib.

Tentunya jalan mewujudkan pariwisata sungai untuk menjadikan Denpasar semakin berbudaya tidak hanya bisa dilakukan oleh pemerintah kota Denpasar secara keseluruhan. Dalam hal ini rakyat Denpasar haruslah memegang peran secara signifikan karena pariwisata tersebut wujudnya datang dari rakyat, oleh rakyat, dan hasilnya pun dinikmati oleh rakyat. Oleh karena itu, selain pemerintah harus dengan gigih membuat segala aturan tentang peraturan tentang pariwisata sungai ini, serta mengawasinya, rakyatlah yang harus memegang kendali akan pariwisata sungai. Kelestarian lingkungan hidup daerah alur sungai harus selalu dijaga. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah rakyat harus bekerja keras memasarkan objek wisata sungainya. Denpasar pun dapat mempelopori pariwisata sungai untuk seluruh kota di Bali maupun di Indonesia. Jika hal ini dijalankan secara teratur dan berkesinambungan, niscaya Denpasar akan menjadi kota yang semakin berbudaya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. HUT ke-17 Kota Denpasar. dalam Cyber School Kota Denpasar Edisi Senin, 23 Februari 2009.

Anonim. 2009. River Thames : From Source to Sea. From National Geographic News : Nature Return to Thames.

Carp. 2009. About The Clean Annapolis River Project. In Clean Annapolis River Project Official Website.

Jodhi. 2007. Dinas PU Denpasar Gelontor 25 Sungai untuk Antisipasi Banjir. Harian Kompas edisi 4 Agustus 2007 “Edisi Negeriku”.

Muliawan. 2009. Air Sungai dan Selokan di Denpasar Tercemar Logam Berat. dalam http://selebzone.com

Sabarini, Prodita. 2007. Bali Promises Relief for Murky Rivers. From The Jakarta Post 16 July 2007 edition.

Tidak ada komentar: